Rabu, 10 Juli 2013

Hanya Allah Ta'ala yang dapat menyingkirkan bencana.


                            Islam Ilmu Dunia Dan Akhirat.

Hanya Allah Ta’ala yang dapat menyingkirkan bencana.
Setiap insan manusia, baik itu yang beriman maupun orang yang tidak beriman (kafir), jelas dan nyata akan menerima ketentuan dan kejadian. Mitsalnya : sakit, sehat, miskin, kaya, rendahnya pangkat, tingginya pangkat dan sebagainya, itu semua adalah datangnya dari Allah Ta’ala. Maka dari itu jika ada seorang manusia yang berada dalam kejadian atau mengalami kejadian suatu musibah (taqdir buruk), lantas berkeinginan menyingkirkan atau terlepas dari kejadian tersebut kepada selain kepada Allah Ta’ala, mana mungkin (mustahil), selain Allah Ta’ala yang dapat menyingkirkan (menghilangkan) sesuata hajat, dikarenakan Dialah Allah yang menempatkan atau mendatangkan hajat tersebut.
Bagi orang mukmin yang diberi kejadian dan ketentuan oleh Allah Ta’ala ia akan memohon kepaa Allah Dzat yang merajai dan menguasai jagad raya ini, serta yang mendatangkan musibah dan bencana dan juga yang mencabutnya.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an :
“Walatad-‘u minduwnillahi maala yanfa’uka wala yadhurruka fain fa’alta fainnaka izanm-minazh-zhalimiyna”.
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu jika begitu termasuk orang-orang yang zhalim”. (QS. Yunus. 106)
“Wa inyyyam-saskallahu budhurrin falaka syifa lahu illa huwa wa inyyuridka bikhairin fala radda lifadhlihi, yushiybu bihi manyyasyaa-u min ‘ibadihi huwal-ghafururrahiymu”.
“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia (Allah). Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia (Allah) memberkan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.  (QS, Yunus. 107)
Oleh sebab itu apabila manusia mengalami musibah, kembalikan dan hadapkan kejadian dan ketentuan itu kepada Allah Ta’ala. Sebab Dia-lah yang menentukan segala kejadian tersebut. Siapapun orangnya (manusia) takkan mampu untuk menyingkirkan bencana dirinya atau menyingkirkan bencana orang lain. Dia Allah yang memberi kerajaan (pangkat, kekuasaan) kepada sesorang, juga Allah Ta’ala yang mencabutnya, Allah Ta’ala yang memberi kemuliaan dan juga yang menghinakan kepada sesorang.
Sebagaimana Allah Ta’ala mengataka di dalam Al-Qur’an :
“Qulillahumma maalikal mulki tuktil mulka mantasyaa-u watanzi’ul mulka miman tasyaa-u watu’izzu mantasyaa-u watuzillu mantasyaa-u biyadikal khairu. Innaka ‘alaa kulli syai-in qadiyru”.
“Katakanlah : Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”.  (QS. Ali Imran. 26).
Dalam suatu riwayat dikatakan seringkali Nabi Muhammad s.a.w. mengucapkan do’a seusai melaksanakan shalat :
“Allahumma laa maani’a limaa-a’thaita walaa mu’thiya limaa mana’ta walaa radda limaa qadhaiyta walaa yanfa’a zaljaddi minkal-jaddu”.
“Yaa Allah tidak ada yang mencegah jika Engkau memberi, dan tidak ada yang dapat menolak apa yang telah Engkau taqdirkan, dan tidak bermanfaat orang yang mempunyai kemuliaan pada Engkau oleh kemuliaannya”.
Kalimat do’a tersebut mengandung arti bahwa segala sesuatu itu berjalan menurut apa yang telah ditentukan Allah Ta’ala pada hakikatnya, tidak ada yang dapat mencegah, menahan dan menambah dari pada apa yang telah digariskan Allah Ta’ala dalam kehidupan ini. Hal ini adalah untuk lebih memantapkan di dalam hati bahwa Allah Ta’ala adalah pengatur yang berhak atas setiap makhluknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar