I S L A M dan I L M U N Y A
3. H a
q i q a t.
Bermula dari pada ma’na yang sebenarnya haqiqat yang berarti “kebenaran” atau “kenyatan
asal” atau “yang
sebenar-benarnya”. Maka bahwa keempat akan ilmu seperti : Syariat, Thariqat,
Haqiqat, dan Ma’rifat.
Tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya karena syariat itu terpilin atau terjalin akan haqiqat
dan haqiqat itu terjalin
atas syariat.
Kebenaran dalam hidup dan kehidupan, inilah yang dicari
dan ini pula yang dituju. Haqiqat dunia,
haqiqat isi dunia dan haqiqat diri yang mengatahui akan kedua itu
sesungguhnya dikarenakan rahmat Allah
Ta’ala, yang menjadikan akan manusia sebagai fitrah kekhalifahan. Maka
dari pada itu syariat untuk
mewujudkan akan amal dan haqiqat
mewujudkan ihwal. Syariat ditujukan
kepada manusia untuk melaksanakan ibadaht
serta sampai kepadanya akan amar dan
nahi
adalah untuk menjelaskan kecintaan dan mendirikan keterangan hukun dan nyatanya. Sedangkan haqiqat
pelaksanaannya dalam khuluk
dan iradaht, hasilnya akan diperoleh mereka yang terpilih
daripada hamba-Nya yang dicintai
oleh Allah Ta’ala. Maka thariqat adalah latihan untuk menempatkan diri setingkat demi
setingkat lebih tinggi dan lebih dekat kepada
Allah Ta’ala.
Perbedaan thriqat dan haqiqat tiada adanya, bahkan
sambung-menyambung antara satu sama lainnya.
Dan kebenaran itu
bukan hanya terlatak akan aqal pikiran dan hati tetapi juga pada rasa, yakni
“rasa jasmani” yang dapat
dirasakan dengan rasa pahit, manis, asam, asin dan sebagainya. Ada yang disebut rasa-ruhani yang dapat
merasakan gembira, sedih, bingung, kecewa, ceria dan sebagainya. Dan terdapat
pula pada diri manusia yang disebut rasa nurani rasa yang penuh cahaya “rahmatan lil’alaamin”, karunia
Allah Ta’ala atas segala keshalihan dan ketekunan didalam
ketaatannya kepada Allah Jalla wa azza. Dalam karunia Allah ini Para Arif Billah menyebutkannya dengan
istilah :
“Amrun dzauqy” {Yaitu, urusan yang paling dalam, lepas dari segala isyarat dan ‘itibar lalu dengan penuh kerendahan hati berkata kepada
atas rahmat Allah Ta’ala}.
“Man lam yadzuq lam yadri”. {“Siapa
tidak merasa tidak akan mengetahui”}.
“Mayakhruju baina-syafatain illa isyarat wal
‘itibar” {“Apa yang keluar dari dua bibir adalah hanya sekedar isyarat dan ‘itibar”}.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar