I S L A M dan I L
M U N Y A
Amal
perbuatan selalu mengikuti keadaan hatinya.
“Hhusnul a’maali nata-iju hhusnil-ahhwali wa
hhusnil-ahhwali minat-tah-haq-quqi fii maqaa maatil inzali”.
“Baiknya
suatu amal itu adalah merupakan hasil dari baiknya keadaan hati, sedang baiknya
keadaan hati itu adalah merupakan sebagian tanda ketetapan di dalam kedudukan
(orang yang diberi cahaua ke Tuhanan) yang turun kedalam hati”
Amal perbuatan yang sudah nampak (jelas) itu selalu mengikuti
gerak-gerik atau pola dari dalam hati orang itu. Keadaan hatinya baik tentu
memancarkan amal yang baik pula, sebaliknya jika keadaan hatinya jelek maka akan
memancarkan amalan yang jelak juga.
Jadi ringkasnya, bila keadaan hatinya
baik, bersih tentu memancarkan amal yang baik pula. Dan jika keadaan hatinya
buruk dan penuh dengan sifat riya’, ujub, sombong, tentu akan menghasilkan
amalan yang buruk pula.
Tentang keadaan hati yang baik (niat
yang baik) yang sudah dikerjakan atau juga belum dikerjakan dan keadaan hati
(niat) yang buruk yang sudah dilakukan atau belum dilakukan, hal itu ada
mudharat dan menfa’at sendiri-sendiri.
Sebagaimana
Nabi Muhammad s.a.w. bersabda :
“ ‘Anibni ‘Abbasin radhiallahu ‘anhuma ‘an
rasulillahi shal’am : Fiimaa yarwaihi tabaraka wa ta’ala qaala : Innallaha
katabal hhasanati was-say-yi-ati tsumma bay-yina zaalika faman hamma
bi-hhasanatin walam ya’malhaa katabahallahu ‘indahu hhasanatan kamilatan wa
inhamma biha fa’amaliha katabahallahu ‘indahu ‘asyra hhasantin ilaa sab’i
mi-ati dhigh-fin ilaa adh’afi kasyiyratin wain hamma bissayyi-ati falam
ba’malhaa katabahallahu ‘indahu hhasanatan kamilatan wain hamma bihaa
fa’amilaha katabahallahu sayyi-atan wahhidatan”.
“DarI
Ibnu Abbas r.a. dari Rasulullah s.a.w. yang meriwayatkan suatu sabda dari
Tuhannya Tabaaraka wata’ala : “Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai
kebaikkan-kebaikkan dan kejahatan-kejahatan, kemudian menerangkannya, maka
barang siapa bermaksud mengerjakan kebaikkan kemudian tidak dikerjakan, Allah
mencatatkannya sebagai suatu kebaikkan yang sempurna. Dan jika ia bermaksud
(berniat) berbuat kebaikkan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya nilai
kebaikkan itu berganda 10 kali lipat sampai 700 lipat sampai berganda yang
sangat banyak. Dan jika ia bermaksud melakukan kejahatan tetapi ia tidak
mengerjakannya. Allah mencatatkan padanya suatu kebaikkan yang sempurna. Dan
jika ia bermaksud membuat kejahatan, lalu mengerjakanya, Allah mencatatkan
padanya satu kejahatan”. (HR. Bukhary Muslim).
Amalnya
orang zuhud dan yang cinta dunia.
Orang zuhud ialah orang yang sudah
tidak perduli akan urusan dunia (sudah cukup). Amalnya orang tersebut sangat
harum dan terpuji disisi Allah Ta’ala. Walaupun amal itu secara lahiriyah
sangat kecil, tetapi sangat besar nilanya disisi Allah Ta’ala. Sebab amal yang
dikerjakannya itu timbul dari hati yang bersih, tidak dikarenakan paksaan dari
orang lain, jauh dari shifat riya’, ujub dan menyombonkan, terlepas dari ke
duniawian serta tidak berpalaing dari Allah tatkala ia melaksanakan segala
amal.
Berbeda dengan amal yang dikerjakan
oleh orang yang sangat cinta pada ke duniawian. Secara lahiriyah amal tersebut
kelihatan sangat besar menurut penilaian manusia. Tapi sangat kecil nilainya
disisi Allah Ta’ala. Sebab amal perbuatan mereka itu bermula dari hati yang
kotor, yang masih dibelenggu oleh kehendak hawa nafsu, mitsalnya : ujub,
sombong, serta hatinya sangat condong kepada masalah duniawi (berpaling dari
Allah).
Sombong dan congkak adalah penyakit
yang sangat berbahaya atau merusak amal perbuatan baik. Bukankah orang yang
selalu menolak kebenaran merasa dirinya yang sangat berguna (dibutuhkan) dan
selalu meremehkan orang lain. Maka orang yang dimikian itu tempat kembalinya
adalah neuraka jahanam.
Sebagaimana
Nabi Muhammad s.a.w. bersabda :
“Laa yadkhulul jannata mankana fii qalbihi
mitsqaalu dzarratin min kibrin qaala rajulun innarrajula yuhibbu an yakuna
tsaubuhu hhasanaa wana’luhu hhasanan. Qaala innallaha jamiylun yuhibbul jamala.
Alkib-ru bathrul haqqi wagham-thun-naasi”.
“Tidak
akan masuk syurga orang yang ada terdapat dalam hatinya sedikit sifat takabbur.
Orang bertanya: Bagaimana seandainya seorang ingin memakai baju yang indah dan
sepatu yang bagus ? Nabi s.a.w. menjawab : Sesungguhnya Allah itu indah dan
suka kepada keindahan. (sifat) takabbur itu ialah menolak kebenaran dan
menganiaya orang lain (merendahkannya)”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar