Islam Ilmu Dunia Dan Akhirat.
Hanya
Allah Ta’ala yang dapat menyingkirkan bencana.
Setiap insan manusia, baik itu yang
beriman maupun orang yang tidak beriman (kafir), jelas dan nyata akan menerima
ketentuan dan kejadian. Mitsalnya : sakit, sehat, miskin, kaya, rendahnya
pangkat, tingginya pangkat dan sebagainya, itu semua adalah datangnya dari
Allah Ta’ala. Maka dari itu jika ada seorang manusia yang berada dalam kejadian
atau mengalami kejadian suatu musibah (taqdir buruk), lantas berkeinginan
menyingkirkan atau terlepas dari kejadian tersebut kepada selain kepada Allah
Ta’ala, mana mungkin (mustahil), selain Allah Ta’ala yang dapat menyingkirkan
(menghilangkan) sesuata hajat, dikarenakan Dialah Allah yang menempatkan atau
mendatangkan hajat tersebut.
Bagi orang mukmin yang diberi kejadian
dan ketentuan oleh Allah Ta’ala ia akan memohon kepaa Allah Dzat yang merajai
dan menguasai jagad raya ini, serta yang mendatangkan musibah dan bencana dan
juga yang mencabutnya.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman di dalam Al-Qur’an :
“Walatad-‘u minduwnillahi maala yanfa’uka
wala yadhurruka fain fa’alta fainnaka izanm-minazh-zhalimiyna”.
“Dan
janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula)
memberi mudharat kepadamu selain Allah, sebab jika kamu berbuat (yang demikian)
itu, maka sesungguhnya kamu jika begitu termasuk orang-orang yang zhalim”. (QS. Yunus. 106)
“Wa inyyyam-saskallahu budhurrin falaka syifa
lahu illa huwa wa inyyuridka bikhairin fala radda lifadhlihi, yushiybu bihi
manyyasyaa-u min ‘ibadihi huwal-ghafururrahiymu”.
“Jika
Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya
kecuali Dia (Allah). Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak
ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia (Allah) memberkan kebaikan itu kepada
siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah yang Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS,
Yunus. 107)
Oleh sebab itu apabila manusia
mengalami musibah, kembalikan dan hadapkan kejadian dan ketentuan itu kepada
Allah Ta’ala. Sebab Dia-lah yang menentukan segala kejadian tersebut. Siapapun
orangnya (manusia) takkan mampu untuk menyingkirkan bencana dirinya atau
menyingkirkan bencana orang lain. Dia Allah yang memberi kerajaan (pangkat,
kekuasaan) kepada sesorang, juga Allah Ta’ala yang mencabutnya, Allah Ta’ala
yang memberi kemuliaan dan juga yang menghinakan kepada sesorang.
Sebagaimana Allah Ta’ala mengataka di dalam Al-Qur’an :
“Qulillahumma maalikal mulki tuktil mulka
mantasyaa-u watanzi’ul mulka miman tasyaa-u watu’izzu mantasyaa-u watuzillu
mantasyaa-u biyadikal khairu. Innaka ‘alaa kulli syai-in qadiyru”.
“Katakanlah
: Wahai Tuhan yang mempunyai kerajaan. Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau
kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang
yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS. Ali Imran. 26).
Dalam suatu riwayat dikatakan seringkali Nabi Muhammad
s.a.w. mengucapkan do’a seusai melaksanakan shalat :
“Allahumma laa maani’a limaa-a’thaita walaa
mu’thiya limaa mana’ta walaa radda limaa qadhaiyta walaa yanfa’a zaljaddi
minkal-jaddu”.
“Yaa
Allah tidak ada yang mencegah jika Engkau memberi, dan tidak ada yang dapat
menolak apa yang telah Engkau taqdirkan, dan tidak bermanfaat orang yang
mempunyai kemuliaan pada Engkau oleh kemuliaannya”.
Kalimat do’a tersebut mengandung arti
bahwa segala sesuatu itu berjalan menurut apa yang telah ditentukan Allah Ta’ala
pada hakikatnya, tidak ada yang dapat mencegah, menahan dan menambah dari pada
apa yang telah digariskan Allah Ta’ala dalam kehidupan ini. Hal ini adalah
untuk lebih memantapkan di dalam hati bahwa Allah Ta’ala adalah pengatur yang
berhak atas setiap makhluknya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar