Rabu, 28 Maret 2012

Ilmu Haqiqat

                                                                                                                                                                                                                                                    
                                              I S L A M  dan  I L M U N Y A

   
3.     H a q i q a t.
Bermula dari pada ma’na yang sebenarnya haqiqat  yang berarti  “kebenaran”  atau “kenyatan asal”  atau  “yang sebenar-benarnya”.  Maka bahwa keempat akan ilmu seperti : Syariat,  Thariqat,  Haqiqat,  dan  Ma’rifat. Tidak bisa dipisahkan antara satu dengan lainnya karena syariat itu terpilin atau terjalin akan haqiqat  dan haqiqat itu terjalin atas syariat.
Kebenaran dalam hidup dan kehidupan, inilah yang dicari dan ini pula yang dituju. Haqiqat dunia, haqiqat isi dunia dan haqiqat diri yang mengatahui akan kedua itu sesungguhnya dikarenakan rahmat Allah Ta’ala, yang menjadikan akan manusia sebagai fitrah kekhalifahan.  Maka dari pada itu syariat untuk mewujudkan akan amal  dan haqiqat mewujudkan  ihwal.  Syariat ditujukan kepada manusia untuk melaksanakan ibadaht serta sampai kepadanya akan amar dan nahi  adalah untuk menjelaskan kecintaan dan mendirikan keterangan hukun dan nyatanya.  Sedangkan haqiqat  pelaksanaannya dalam khuluk dan iradaht,  hasilnya akan diperoleh mereka yang terpilih daripada hamba-Nya yang dicintai oleh Allah  Ta’ala. Maka thariqat adalah latihan untuk menempatkan diri setingkat demi setingkat lebih tinggi dan lebih dekat kepada  Allah  Ta’ala.
Perbedaan thriqat dan haqiqat tiada adanya, bahkan sambung-menyambung antara satu sama lainnya.
Dan kebenaran itu bukan hanya terlatak akan aqal pikiran dan hati tetapi juga pada rasa,  yakni  “rasa jasmani”  yang dapat dirasakan dengan rasa pahit,  manis,  asam, asin dan sebagainya.  Ada yang disebut rasa-ruhani yang dapat merasakan gembira, sedih, bingung, kecewa, ceria dan sebagainya. Dan terdapat pula pada diri manusia yang disebut rasa nurani rasa yang penuh cahaya “rahmatan lil’alaamin”, karunia  Allah Ta’ala atas segala keshalihan dan ketekunan didalam ketaatannya kepada  Allah Jalla wa azza. Dalam karunia Allah  ini Para Arif Billah menyebutkannya dengan istilah :
“Amrun dzauqy”  {Yaitu,  urusan yang paling dalam,  lepas dari segala isyarat dan ‘itibar  lalu dengan penuh kerendahan hati berkata kepada atas rahmat Allah Ta’ala}.
“Man lam yadzuq lam yadri”. {“Siapa tidak merasa tidak akan mengetahui”}.
                “Mayakhruju baina-syafatain illa isyarat wal ‘itibar”  
                {“Apa yang keluar dari dua bibir adalah hanya sekedar isyarat dan ‘itibar”}.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar