I S L A M dan I L M U N Y A
Alam Dunia wujudnya kekuasaan Maha
pencipta.
Benda dan barang yang wujud ini adanya tidak ada dan memang tidak ada (gelap). Kemudian
barang itu menjadi ada dan bisa
mengeluarkan sinarnya, dengan adanya
sinar yang memancar dari benda tersebut maka alam semesta ini bisa
menjadi terang. Ini semua adalah adanya Kebesaran
dan Kekuasaan Allah Ta’ala.
“Alkawnu kulluhu
zhulma-htun wa-innama anarahu
zhuhurul-hhaqi fiman ra-alkawna
walam yasyhad-hu fiyhi
aw-‘indahu aw-qablahu aw-ba’dahu faqad
a’wadjahu wadzudul-anwaari wa-hhujibat
‘anhu tsumuw syul-ma’arifi
bisuhhbil-atsaari”.
“Segala sesuatu
yang wujud di alam ini adalah gelap (tidak bersinar) dan yang
meneranginya adalah tampaknya
Al Haqq { Allah }. Maka barang siapa yang melihat akan sesuatu yang
wujud ini, akan tetapi dia tidak
menyaksikan Haqnya Allah di-dalamnya, atau disisinya, sebelum atau sesudahnya, pastilah cahaya itu menyilaukan dan menghalangi dari
padanya cahaya Ma’rifaht, disebabkan adanya kabut yang menyelimuti dari segala
yang wujud ini”.
Sesungguhnya
di alam semesta ini cukup menjadi bukti bahwa itu semua ada yang menjadikannya, tak
lain dan tak bukan selain nyatanya Allah
Ta’ala yang menciptakannya. Dan tak
mungkin {mustahil} bahwa sesuatu itu wujud tanpa ada penciptanya. Begitut juga asalnya bumi, langit, bintang,
itu semua menunjukkan tanda nyatanya Allah Yang Maha Pencipta.
Sebagaimana firman Allah Ta’ala didalam Al
Qur’an :
“Inna fii khalqis-samaawaati wal-ardhi wa-akhtilafil-layli wannahaari
walfulkil-latiy- tajriy filbahhri
bimaa yanfa-‘unnasa wamaa
andjalallahu minas-samaa-i minm-ma-in
fa-ahhyaa bihil-ardha ba’da
mawtihaa wabats-tsa fiyhaa minkulli da-abbahtin watash-riyfir-riyaa-hhi was-sa-hhabil musakh-kharibiynas-samaa-i wal ardhi
la-ayaatinl-liqawmin
ya’qiyluwna”.
“Sesungguhnya dalam
penciptaan langit dan
bumi, silih bergantinya
malam dan siang, bahtera
yang berlayar dilaut
membawa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah
turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air
itu Dia hidupkan bumi sesudah mati {kering} nya
dan Dia sebarkan dibumi ini segala jenis hewan dan pengisaran angin
dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi, sungguh {terdapat} tanda-tanda
{keesaan dan kebesaran
Allah} bagi kaum
yang memikirkan”. {QS. Al Baqarah. 164}.
Oleh sebab itu orang yang melihat benda yang wujud
ini tetapi tidak melihat akan kebesaran benda yang wujud itu, sebelum dan
sesudahnya melihat kenyataan benda itu, maka teranglah bahwa hatinya benar-benar silau.
Seharusnya bagi orang yang beriman setelah melihat wujudnya
benda yang ada didunia ini, hendaklah bertambah
sadar dan bertambah keyakinannya bahwa semua itu adalah berkat Kekuasaan Allah Ta’ala. Jangan kemudian setelah melihat benda
kenyataan yang ada didunia ini lalu menjadi silau, lupa akan Kebesaran dan
Kekuasaan Allah Ta’ala, yang
akhirnya tidak mempunyai rasa
syukur. Sebaliknya bagi orang yang beriman dan ber ‘aqal sehat mereka sadari
bahwa adanya itu semua adalah ciptaan Allah Ta’ala. Dan mereka bertambah syukur dalam arti
menjalankan semua yang menjadi perintahnya dan menjauhi semua larangannya.
Orang yang demikian ini yaitu orang yang melihat
kenyataan yang ada, tetapi hatinya tidak
silau, lupa atau ada penghalang yang
menghalangi penglihatan hatinya itu,
benar-benar telah dibuka hatinya oleh Allah Ta’ala, maka jadilah Ia
orang yang Ma’rifaht kepada Allah Ta’ala.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam Al
Qur’an :
“Innallaha laayastahhyi an-yadhriba
matsalanm-maa ba’uwdhahtan famaa fawqahaa fa-ammal-ldziyna aamanuw faya’lamuwna
annahul-haqqu minr-rabbihm wa-ammalladziyna kafaruw fayaquwluwna
maa-dzaa aradallahu bihaadza matsalan yudhillu bihi. Katsiyran
wayahdiy bihi, katsiyran.
Wamaa yudhillu bihi illal-faasiqiyna”.
“Sesungguhnya Allah
tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah
dari itu. Adapun orang-orang yang
beriman, maka mereka yaqin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka,
tetapi mereka yang kafir mengatakan :
“Apakah maksud Allah menjadikan ini
untuk perumpamaan?” Dengan perumpamaan itu banyak orang yang
disesatkan Allah, dan dengan perumpamaan itu {pula} banyak orang diberi-Nya
petunjuk. Dan tidak ada yang disesatkan
Allah kecuali orang yang fasiq”. {QS. Al Baqarah. 26}.
Dengan sesuatu perumpamaan seperti nyamuk, yang
telah diciptakan Allah Ta’ala
tersebut banyak manusia yang hatinya silau {tersesat}.
Dan juga dari sesuatu perumpamaan dari apa yang Allah Ta’ala ciptakan,
banyak manusia yang tha’at {diberi petunjuk}. Oleh
karena itu kenyatan yang ada di alam
dunia ini kita terima dengan ‘aqal yang
sehat dengan menunjuki rasa syukur dan ketha’atan
kepada Allah Ta’ala.
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman dalam Al
Qur’an :
“Wa-idz ta-adz-dzana rabbukum
la-in-syakartum la-adjiydan-nakum. Wala-in-kafartum inna ‘adzaabi-lasyadiydun”.
“Dan {ingatlah juga}, tatkala
Tuhanmu mema’lumkan : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti
Kami akan menambah {ni’mat} kepadamu, dan jika
mengingkari {ni’matku} maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih”. {QS. Ibrahim. 7}.
Sekali
lagi perlu diingat
bahwa orang yang melihat kenyataan yang ada didunia ini, lalu hatinya
menjadi silau, dapat di ibaratkan orang yang melihat benda yang mengeluarkan
cahaya dengan kuat tetapi dia tidak bisa melihat yang sesungguhnya yang
mengeluarkan cahaya itu dikarenakan
terhalang olleh sesuatu yang ada didalam barang tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar