I S L A M dan I L M U N Y A
Hati Tergambar Lukisan Dunia.
Semua orang yang beriman tentu menginginkan hatinya memancarkan
cahaya, untuk mengenal akan Allah Ta’ala dengan rahmat yang telah Allah Ta’ala
berikan, dari segala ketentuannya, baik itu penglihatan bathin, ilmul yaqin,
ainul yaqin ataupun haqqul yaqin. Yang
demikian itu tidak akan dapat apabila didalam hatinya tersebut masih ada
goresan-goresan gambar (lukisan) keadaan dunia,
karena itu semua bisa menjadikan gelapnya hati tersebut. Adapun terlepasnya hati dari belenggu gambaran (lukisan) dunia ada {tiga}
hal. Sebagaimana firman Allah Ta’ala didalam Al Qur’an :
1}.
Orang dapat sampai
kedalam naungan Allah Ta’ala kelak hendaknya menahan hawa nafsu yang tersirat dalam
hati harus disingkirkan. Selama syahwat hawa nafsunya masih tersimpan dan tersirat (membelenggu) dihati, akan
mendapatkan kesulitan (sia-sia) untuk sampai kepada Allah Ta’ala.
“Wa amma man khafa maqama rabbihi, wa nahan-nafsa ‘anil
hawaa”.{40} “Fainnal-jannata hiyal-maawaa”.{41} {“Dan adapun
orang-orang yang takut kepada
kebesaran Tuhannya dan menahan diri
dari keinginan hawa
nafsu. Maka sesungguhnya syurgalah
tempat tinggalnya”. {QS. An Naazi’aat. 40-41}
2}.
Orang yang menginginkan sampai kehadhirat Allah Ta’ala, hendaknya jiwanya bersih
dari kesalahan-kesalahan, baik kesalahan kepada Allah Ta’ala maupun
terhadap sesama manusia. Karena kesalahan itu ibaratnya orang yang menanggung janabah,
yaitu orang yang mempunyai hadats besar yang berupa kesalahan dan itu harus
dibersihkan (disucikan) terlebih dahulu, jika hendak sampai kehadhirat Allah Ta’ala. Yaitu dengan bertaubat menyesali perbuatan yang pernah di
alami atau yang pernah dilakukan.
“Innamat-tawbatu
‘alallahi lilladziyna ya’lamunas-suua bijahaalatin
tsumma yatuubuna
min-Qariybin fa-uulaa-ika yatubullahu
‘alayhiim, wakanallahu
‘alayman hhakiyman”.{17}”Walaysatit-tawbatu lilladziyna
ya’maluwnas-sayyi-aati
hhatta idzaa hhadhara
ahhada humul-mawtu qaala
inni tubtul-aana walalladziyna
yamuwtuwna wahum kuffarun
uulaaika a’tadna lahum ‘aadzaaban
aliyman”.{18}
“Sesungguhnya taubat
disisi Allah hanyalah
taubat bagi orang-orang
yang mengerjakan kejahatan kejahilan
yang kemudian mereka
bertaubat dengan segera,
maka mereka itulah
yang diterima Allah taubatnya
: dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana. Dan tidaklah taubat itu di-terima
Allah dari orang-orang
yang mengerjakan kejahatan,
hingga apabila datang
ajal kepadanya seseorang
diantara mereka (barulah) Ia mengatakan
: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang”. Dan tidak (pula diterima taubat) orang-orang
yang mati sedang
mereka didalam kekafiran. Bagi
orang-orang itu telah Kami disediakan siksa yang pedih”.{QS.
AnNisaa.17-18}.
Dan Allah Ta’ala Maha Pengampun pada semua hambanya yang mau bertaubat lagi bersih
jiwanya.
3}. Orang yang mengharafkan akan
Ilmu kepada Allah Ta’ala, yang dengan ilmu
itu nantinya mampu memahami akan semua
rahasia (perkara) yang samar atau
“‘aliymal rghaibi wa syahadahti” {mengetahui
yang rghaib dan yang nyata}. Maka untuk itu haruslah benar-benar mengakui (menyesali) perbuatan kesalahan dan
dosa yang telah dilakukan, dengan kata
lain harus melaksanakan apa-apa yang
sudah diwajibkan akan perintah Allah Ta’ala dan meninggalkan apa yang sudah menjadi
larangan (diharamkan) oleh Allah Ta’ala. Dan berada
atas ketaqwaan agar dapat
terjauh dari perbuatan yang salah atau ma’siat.
Sebab ketaqwaan dan kema’siatan adalah dua hal yang yang berlawanan, mustahil dua
hal tersebut bisa disatukan.
“Wattaqullaha
wayu-’allimukumullahu wallahu
bikulli syay-in ‘aliymun”.
{“Dan bertaqwalah
kepada Allah, niscaya
Allah mengajarimu dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu”}. {QS.
Al Baqarah. 282}.
“Wattaqullaha
la’allakum tuflihun”.
{“Dan bertaqwalah
kepada Allah agar kamu menadapat keberuntungan”}.
{QS. Ali Imran. 130}
“Man ‘amila bimaa ya’lamu war-ratsahullahu ‘ilma maalam
yu’lam”
{“Barang siapa yang
mengerjakan apa yang sudah diketahui, maka Allah akan melimpahkan kepadanya pengetahuan
sesuatu yang belum diketahui”}.
{HR. Muslim}
Dari semua pengertian
tersebut bisa disimpulkan
bahwa untuk dapat mencapai tingkatan
yang mulia dan mendapat
kasih sayang disisi
Allah Ta’ala maka dapat dima’nakan empat pengertian :
1. Membersihkan hati dari berbagai macam hal keduniawian
yang mempengaruhi dan membawa hawa nafsu untuk diisi ketaqwaan dan keimanan kepada Allah
Ta’ala.
2. Mengekang /memerangi hawa nafsu yang selalu mempengaruhi serta mendorong diri untuk berbuat ma’siat dan kejahatan (keingkaran).
3. Menyesali dan membersihkan shifat-shifat tercela dari semua kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukan atau diperbuat.
4. Bertaubat dan menebus kesalahan dan dosa dengan melakukan ketha’atan
kepada Allah Ta’ala dengan berada atas apa
yang telah diperintahkan (yang
diwajibkan) serta meninggalkan apa-apa yang dilarang (yang diharamkan) dan
diikuti dengan bertaqwa dan bertawakkal kepada Allah
Ta’ala, sehingga tercapailah harapan dan hikmah hati yang
penuh nur keimanan, serta membawa diri
kedalam hadhirat Allah Jalla wa ‘azza.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar